Pola Lantai yang Digunakan pada Tari Kecak Adalah? Berikut Jawabannya

Dilansir dari belajarusd.com pola lantai yang digunakan pada tari Kecak bervariasi tergantung pada koreografi atau tata letak tari yang dibuat oleh sang koreografer. Namun, secara umum, tari Kecak dilakukan di atas lantai datar dan terbuka, dengan lingkaran atau segitiga sebagai pola lantai yang sering digunakan.
Pola lantai tersebut biasanya terdiri dari beberapa lingkaran atau segitiga yang saling terhubung untuk membentuk pola yang lebih besar. Selain itu, gerakan para penari dalam tari Kecak juga sering membentuk pola-pola tertentu, seperti spiral atau garis melengkung.
Apa Itu Tari Kecak ?
Tari Kecak adalah tarian tradisional yang berasal dari Bali, Indonesia. Tarian ini terkenal karena penggunaan suara "cak" yang dibuat oleh para penari laki-laki yang duduk di lingkaran, sambil mengangkat kedua tangan dan menyerukan "cak" secara ritmis.
Tarian Kecak sering juga disebut dengan "Tari Api" karena dalam pertunjukannya, para penari membentuk lingkaran besar dan menari di tengah-tengah percikan api yang membakar jerami kering.
Tarian Kecak biasanya menceritakan kisah Ramayana, yakni sebuah kisah epik dari India yang diadaptasi ke dalam budaya Bali. Dalam tarian ini, tokoh-tokoh Ramayana diperankan oleh para penari, sementara para penari laki-laki yang duduk di lingkaran memainkan peran sebagai kelompok pengiring yang mengeluarkan suara "cak" dan gerakan tangan yang menggambarkan gerakan para tokoh dalam cerita.
Tari Kecak sering dipentaskan sebagai bentuk seni pertunjukan untuk wisatawan yang datang ke Bali, namun tarian ini juga memegang peranan penting dalam upacara-upacara keagamaan di Bali. Tari Kecak adalah salah satu tarian tradisional Indonesia yang terkenal di dunia.
Sejarah Tari Kecak
Setelah mengetahui Pola lantai yang digunakan pada tari kecak, yuk intip juga sejarah dari seni tersebut. Tari Kecak memiliki sejarah yang panjang dan unik. Tarian ini pertama kali diciptakan pada tahun 1930-an oleh seniman asal Jerman bernama Walter Spies dan seniman Bali bernama Wayan Limbak.
Awalnya dibuat sebagai bagian dari sebuah drama tari yang dikenal sebagai "Sanghyang" yang dipentaskan sebagai upacara keagamaan untuk meredakan kekuatan jahat.
Namun, setelah drama tari tersebut tidak lagi dipentaskan, Wayan Limbak memutuskan untuk mengembangkan tarian Kecak menjadi sebuah tarian yang dapat dipentaskan secara mandiri.
Ia kemudian bekerja sama dengan seniman asal Jerman bernama Beryl de Zoete untuk mengembangkan gerakan dan koreografi tari Kecak yang sekarang dikenal oleh banyak orang.
Tari Kecak telah menjadi bagian penting dari kebudayaan Bali dan Indonesia. Tarian ini sering dipentaskan dalam acara-acara seni dan budaya, seperti festival dan pertunjukan teater. Selain itu, tarian ini juga telah menjadi inspirasi bagi seniman dan penari di seluruh dunia.
Selain cerita Ramayana, beberapa koreografer juga telah menciptakan tarian Kecak dengan tema yang berbeda-beda, seperti tema lingkungan, perdamaian, atau keadilan sosial. Hal ini menunjukkan betapa fleksibelnya tarian Kecak sebagai bentuk seni yang dapat menyampaikan pesan-pesan universal kepada penonton di seluruh dunia.